Cegah Penyakit, DMC DD Bakar Sapi di Zona Merah Merapi

Yogyakarta – Untuk mencegah merebaknya berbagai macam penyakit, Tim Evakuasi Posko Induk DD bersama warga di kawasan Balerante mulai bergerak untuk membakar bangkai-bangkai ternak sapi yang banyak bergelimpangan mati pasca diiserbu awan panas. Ternak-ternak ini - yang sebagian besar gosong dikulit luar namun busuk didalamnya - menebarkan bau yang sangat tajam dan mulai dikerubuti banyak lalat.

Dikhawatirkan, lalat-lalat ini akan membawa bakteri yang nantinya menyebar ke segala penjuru, menimbulkan berbagai macam penyakit. Tim dari Posko Induk DD bersama warga melengkapi diri dengan membawa BBM (bensin) dan menggunakan kayu bakar sisa reruntuhan rumah untuk membakar bangkai-bangkai sapi yang biasanya terkubur di bawah reruntuhan rumah. “Biar tidak sampai berkembang biak penyakit” terang Koordinator Lapangan Posko Induk DD, Afthon.

Kedepan, target pembakaran bangkai sapi ini akan dilaksanakan menyeluruh di seluruh wilayah yang terkena dampak musibah erupsi Merapi, seperti di wilayah Magelang, Boyolali, Klaten dan di dusun-dusun teratas yang dekat dengan puncak Merapi. Seperti diketahui, hingga hari ini, dusun-dusun yang berada di dekat puncak Merapi belum sepenuhnya terjamah, dan disana masih banyak terkubur bangkai-bangkai sapi milik warga. [akh/ Mas Meng]

Fotografer: Mas Meng
Reporter: Akhsin Muamar

Sitrep, POSKO DD 5 Nov 2010


Pukul 22.00 wib
05 November 2010

Semua program yang telah ada tetap dijalankan:
1. Trauma healing (sekolah ceria) ke daerah Turi
2. Pelayanan kesehatan masyarakat di posko satelit tetap berjalan dengan baik dibantu dengan tim dokter yang bergabung kemarin malam
3. Kampung ternak tetap mendata ternak yang belum terevakuasi seperti permberian dukungan vitamin ternak di daerah Selo Boyolali
4. Survey di daerah selo (daerah utara dari puncak merapi)yang mendapatkan data:

Terdapat lebih dari empat ribu jiwa yang belum terevakuasi dan tersentuh bantuan dari pihak manapun bahkan dari pihak pemerintah. Daerah tersebut hanya berjarak radius 4-6 km dari puncak merapi. Dengan pertimbangan yang ada, Sdr Iman meminta setempat para tokoh desa berdiskusi untuk kebaikan bersama.

Pantauan pemandangan sore hari pukul 17. 00 wib, puncak merapi yang bergejolak, dari pemandangan itu kami dapat mengetahui bahwa aktifitas merapi meningkat dengan terus mengeluarkan semburan debu dan awan panas. Arah angin pada saat kami mengamati mengarah ke barat sampai ke selatan tempat posko kami berada. Dari tempat kami mengamati juga terlihat guguran awan mengarah ke tenggara.


Sekitar pukul 12 malam kami melakukan evakuasi para relawan karena keadaan merapi yang meningkat dengan gemuruh yang lebih sering dari hari-hari sebelumnya dan terus mengeluarkan debu dan awan panas yang mengakibatkan daerah sekitar posko pusat kami di Wukirsari mengalami hujan debu. kami memindahkan posko pusat kami di pemukiman warga di sebelah kampus UPN Jogja. para pengungsi berkonsentrasi di gedung stadion Maguharjo.

Saat ini relawan kami telah mendampingi pengungsi di stadion tersebut. kami juga sedang membuat program baru untuk balita dan ibu-ibu hamil yaitu RUMBAL BUMIL (Rumah Balita dan Ibu Hamil).

Yang dibutuhkan saat ini adalah seluruh perlengkapan bayi dan ibu hamil juga lansia. karena tempat penunfgsiandi stadion belum terkoordinir dengan baik. semoga teman-teman kita yang ada di stadion tersebut bisa mengkondisikan dengan baik sehingga semua pengungsi merasa nyaman.

jogja, 05 nov 2010

DD Tembus Pasapua Mentawai


DMC Mentawai 1 Nov 2010. Alhamdulillah, dengan perjuangan tak mengenal lelah tim DMC Dompet Dhuafa berhasil mencapai Pasapua. Setelah menempuh jalur darat, penyeberaknagn sungai, dan menyiisir pantai, Tim DD yang dipimpin oleh sdr Fikri ini segera memetakan masalah dan program yang mungkin dapat dilakukan untuk membantu korban tsunami Mentawai.

DD Tempuh Medan Berat di Mentawai


Setelah mencoba beberapa saat melalui jalan laut ke lokasi korban tsunami Mentawai, Tim DMC Dompet Dhuiafa memutuskan menempuh jalan darat dan menempuh berbagai kondisi jalan yang tak mudah. Kondisi jalan di lokasi bencana tak mudah, terkadang harus melewati sungai dengan jembatan sederhana dan menyusuri pantai yang penuh belukar. jalan ini ditempuh relawan DD dengan jalan kaki dan naik sepeda motor.