Cegah Penyakit, DMC DD Bakar Sapi di Zona Merah Merapi

Yogyakarta – Untuk mencegah merebaknya berbagai macam penyakit, Tim Evakuasi Posko Induk DD bersama warga di kawasan Balerante mulai bergerak untuk membakar bangkai-bangkai ternak sapi yang banyak bergelimpangan mati pasca diiserbu awan panas. Ternak-ternak ini - yang sebagian besar gosong dikulit luar namun busuk didalamnya - menebarkan bau yang sangat tajam dan mulai dikerubuti banyak lalat.

Dikhawatirkan, lalat-lalat ini akan membawa bakteri yang nantinya menyebar ke segala penjuru, menimbulkan berbagai macam penyakit. Tim dari Posko Induk DD bersama warga melengkapi diri dengan membawa BBM (bensin) dan menggunakan kayu bakar sisa reruntuhan rumah untuk membakar bangkai-bangkai sapi yang biasanya terkubur di bawah reruntuhan rumah. “Biar tidak sampai berkembang biak penyakit” terang Koordinator Lapangan Posko Induk DD, Afthon.

Kedepan, target pembakaran bangkai sapi ini akan dilaksanakan menyeluruh di seluruh wilayah yang terkena dampak musibah erupsi Merapi, seperti di wilayah Magelang, Boyolali, Klaten dan di dusun-dusun teratas yang dekat dengan puncak Merapi. Seperti diketahui, hingga hari ini, dusun-dusun yang berada di dekat puncak Merapi belum sepenuhnya terjamah, dan disana masih banyak terkubur bangkai-bangkai sapi milik warga. [akh/ Mas Meng]

Fotografer: Mas Meng
Reporter: Akhsin Muamar

Sitrep, POSKO DD 5 Nov 2010


Pukul 22.00 wib
05 November 2010

Semua program yang telah ada tetap dijalankan:
1. Trauma healing (sekolah ceria) ke daerah Turi
2. Pelayanan kesehatan masyarakat di posko satelit tetap berjalan dengan baik dibantu dengan tim dokter yang bergabung kemarin malam
3. Kampung ternak tetap mendata ternak yang belum terevakuasi seperti permberian dukungan vitamin ternak di daerah Selo Boyolali
4. Survey di daerah selo (daerah utara dari puncak merapi)yang mendapatkan data:

Terdapat lebih dari empat ribu jiwa yang belum terevakuasi dan tersentuh bantuan dari pihak manapun bahkan dari pihak pemerintah. Daerah tersebut hanya berjarak radius 4-6 km dari puncak merapi. Dengan pertimbangan yang ada, Sdr Iman meminta setempat para tokoh desa berdiskusi untuk kebaikan bersama.

Pantauan pemandangan sore hari pukul 17. 00 wib, puncak merapi yang bergejolak, dari pemandangan itu kami dapat mengetahui bahwa aktifitas merapi meningkat dengan terus mengeluarkan semburan debu dan awan panas. Arah angin pada saat kami mengamati mengarah ke barat sampai ke selatan tempat posko kami berada. Dari tempat kami mengamati juga terlihat guguran awan mengarah ke tenggara.


Sekitar pukul 12 malam kami melakukan evakuasi para relawan karena keadaan merapi yang meningkat dengan gemuruh yang lebih sering dari hari-hari sebelumnya dan terus mengeluarkan debu dan awan panas yang mengakibatkan daerah sekitar posko pusat kami di Wukirsari mengalami hujan debu. kami memindahkan posko pusat kami di pemukiman warga di sebelah kampus UPN Jogja. para pengungsi berkonsentrasi di gedung stadion Maguharjo.

Saat ini relawan kami telah mendampingi pengungsi di stadion tersebut. kami juga sedang membuat program baru untuk balita dan ibu-ibu hamil yaitu RUMBAL BUMIL (Rumah Balita dan Ibu Hamil).

Yang dibutuhkan saat ini adalah seluruh perlengkapan bayi dan ibu hamil juga lansia. karena tempat penunfgsiandi stadion belum terkoordinir dengan baik. semoga teman-teman kita yang ada di stadion tersebut bisa mengkondisikan dengan baik sehingga semua pengungsi merasa nyaman.

jogja, 05 nov 2010

DD Tembus Pasapua Mentawai


DMC Mentawai 1 Nov 2010. Alhamdulillah, dengan perjuangan tak mengenal lelah tim DMC Dompet Dhuafa berhasil mencapai Pasapua. Setelah menempuh jalur darat, penyeberaknagn sungai, dan menyiisir pantai, Tim DD yang dipimpin oleh sdr Fikri ini segera memetakan masalah dan program yang mungkin dapat dilakukan untuk membantu korban tsunami Mentawai.

DD Tempuh Medan Berat di Mentawai


Setelah mencoba beberapa saat melalui jalan laut ke lokasi korban tsunami Mentawai, Tim DMC Dompet Dhuiafa memutuskan menempuh jalan darat dan menempuh berbagai kondisi jalan yang tak mudah. Kondisi jalan di lokasi bencana tak mudah, terkadang harus melewati sungai dengan jembatan sederhana dan menyusuri pantai yang penuh belukar. jalan ini ditempuh relawan DD dengan jalan kaki dan naik sepeda motor.

TIM ke 2 DMC-DD MERAPAT KE MENTAWAI

Padang (29/10) Guna memperkuat tim yang telah berada di Mentawai hari ini tim ke 2 diberangkatkan. Tim yang terdiri dari 2 tenaga Medis LKC dan seorang asessor untuk pembangunan Huntara kini telah berada di Pelabuhan Teluk Bayur."Ini tim ke 2 yang berangkat untuk pelayanan kesehatan dan pembangunan Huntara."ujar Rovi Octaviano dari Dompet Dhuafa Singgalang (DDS) Padang yang mengkoordinasikan keberangkatan Tim DMC-DD. "Tim akan menumpang Kapal Labobar dari Teluk Bayur."Imbuhnya

Sebelumnya juga telah diberangkatkan 3 tenaga SAR DMC-DD dan 2 relawan dari DDS Padang menumpang Kapal Perintis dan kapal Berau. Para relawan telah berada di Pulau Sikakap mendirikan Posko Logistik di dekat dermaga agar memudahkan bongkar muat bantuan.

Sementara Tim SAR masih terkendala dengan cuaca yang kurang bersahabat. Hujan lebat dan gelombang tinggi masih menjadi penghalang berlayarnya kapal-kapal yang akan mengangkut bantuan maupun relawan ke lokasi bencana di Pulau Pagai.

Hingga kini dikabarkan kondisi korban baik yang meninggal maupun yang selamat sama-sama dalam kondisi yang tak pasti. Jenazah-jenazah masih bergelimpangan, sementara para korban selamat mengalami depresi dan kebingungan akibat management pengungsian yang belum optimal dan bantuan yang menumpuk di Pelabuhan Sikakap belum kunjung tiba.

Rencananya Tim DMC-DD juga akan melakukan sinergi program dan pemetaan aksi kemanusiaan yang dilakukan oleh berbagai lembaga kemanusiaan di Mentawai."Kita telah berkomunikasi dengan beberapa teman lembaga kemanusiaan lain untuk melakukan sinergi di lapangan."Ungkap Ahmad Fikri Direktur DMC-DD yang ikut serta menuju Mentawai.

Bandung Terancam Gempa Dahsyat

Kota Bandung dan sekitarnya terancam diguncang gempa besar berkekuatan 7,5 pada skala Richter (SR). Ancaman ini bisa muncul, jika terjadi pergerakan di sejumlah lempeng penyusun patahan Cimandiri-Lembang. Jika ini terjadi, gempa besar tersebut akan mengguncang cekungan Bandung. Selain Kota Bandung, Cimahi, Padalarang, serta Lembang, gempa juga mengintai sejumlah wilayah di Sukabumi, termasuk Palabuhanratu.

â€Sesar Cimandiri-Lembang masih tergolong aktif. Yang menjadi masalah terbesar, sesar ini dikelilingi wilayah padat penduduk, seperti Kota Bandung dan Kota Cimahi,†tutur pakar geoteknologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr. Danny Hilman Natawidjaja, usai Seminar Mitigasi Bencana Geologi di Hotel Horison, Bandung, Rabu (23/5).

Sesar (patahan) yang memanjang dari Palabuhanratu Kab. Sukabumi hingga Maribaya Lembang itu tersusun oleh lebih dari lima segmen batuan. Salah satunya, Segmen Maribaya-Cimahi, yang panjangnya mencapai 25 km. Menurut Danny, jika terjadi secara bersamaan, pergerakan 3-4 segmen saja sudah bisa menimbulkan gempa dengan kekuatan mencapai 7,5 pada skala Richter.

Berdasarkan penelusuran â€PRâ€, gempa berkekuatan 7-7,9 SR dapat mengakibatkan kerusakan serius pada areal yang cukup luas. Diperkirakan, gempa ini bisa menghancurkan sebagian besar gedung dan fondasinya. Bahkan, getarannya bisa menimbulkan retakan tanah di areal yang cukup luas. Kerusakan yang ditimbulkan bisa disetarakan dengan ledakan 160 juta ton TNT (trinitrotoluene).

Kalaupun yang mengalami pergeseran hanya satu segmen, menurut Danny, gempa yang ditimbulkan bisa mencapai 6 SR. Bahkan, jika Segmen Maribaya-Cimahi yang bergerak, kekuatan gempa bisa menembus angka 6,9 SR. Gempa ini cukup untuk menimbulkan retakan tanah dan menghancurkan bangunan dalam radius lebih dari 100 kilometer.

Sayangnya, menurut Danny, hingga saat ini sesar Cimandiri-Lembang belum mendapat perhatian serius dari pemerintah. Padahal, potensi bencana yang akan ditimbulkan akibat pergerakan sesar tersebut cukup besar.

â€Sejauh ini, pergerakan yang terjadi di sekitar patahan Cimandiri-Lembang memang masih relatif aman. Bahkan, berdasarkan data 100 tahun terakhir, belum diketahui adanya pergerakan yang bisa menimbulkan bencana besar,†tuturnya.

Namun, mengingat padatnya wilayah di sekitar sesar alam itu dan tingginya potensi gempa yang bisa ditimbulkan, ia menyarankan agar pemerintah segera melakukan penelitian lanjutan. â€Bagaimanapun kita tinggal di areal rawan gempa. Kapan saja, sesar tersebut bisa mengalami peningkatan aktivitas,†tuturnya.

Dia menilai, data yang ada saat ini belum mencukupi kebutuhan minimal untuk digunakan sebagai acuan melakukan tindakan pencegahan maupun langkah evakuasi. Padahal, selain kecepatan pergeseran, struktur tanah dan batuan yang ada di sekitar wilayah gempa juga memiliki andil yang besar untuk menentukan besarnya dampak yang ditimbulkan.

â€Suatu gempa dengan kekuatan yang sama dapat menimbulkan efek yag berbeda, bahkan di dua lokasi yang jaraknya berdekatan sekalipun,†tutur Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Dr. Antonius Ratdomopurbo.

Walaupun sebuah bangunan yang berjarak 10 km dari pusat gempa rusak parah, menurut dia, tidak tertutup kemungkinan jika bangunan lain yang berjarak 3 km dari pusat gempa hanya mengalami retak ringan. Hal itu dipengaruhi susunan sedimentasi tanah yang ada di lokasi tersebut.

â€Karena itu, untuk melakukan mitigasi bencana perlu dilakukan penelitian secara menyeluruh, termasuk struktur sedimentasi yang membangun lapisan tanah di suatu daerah. Dengan demikian, pemerintah bisa dengan efektif melakukan mitigasi bencana,†katanya.

Penelitian menyeluruh di patahan Cimandiri-Lembang, menurut Danny, diperlukan untuk memprediksi sumber gempa, efek yang ditimbulkan, dan bagaimana kerusakan yang akan timbul. â€Dengan demikian, proses mitigasi bencana bisa dilakukan dengan efektif dan efisien,†kata Danny. (A-150)***

Wartawan VIVAnews Wafat di Merapi

Yuniawan Nugroho, redaktur VIVAnews, turut menjadi korban dalam erupsi Gunung Merapi yang terjadi hari ini. Jasad Wawan, begitu panggilan wartawan yang lama meliput di gedung parlemen, ditemukan tewas di dekat rumah Mbah Maridjan di Desa Kinahrejo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Pukul 22.42, VIVAnews mendapat telepon dari Iman Surahman, aktivis Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa, yang melakukan pencarian korban akibat erupsi Gunung Merapi sejak sore. Iman menyatakan, menemukan identitas Yuniawan Nugroho pada salah satu korban yang ditemukan tewas di rumah Mbah Maridjan.

“Benar atas nama Yuniawan Nugroho, lahir di Blora, mohon diikhlaskan saja, Wawan sudah meninggal dunia,” kata Iman yang memang diminta VIVAnews untuk mencari tahu keberadaan Wawan. Iman masih berada di lokasi saat melaporkan temuan ini.

Kepastian juga diperoleh stasiun televisi Metro TV yang mendapatkan gambar langsung jasad Yuniawan beserta identitasnya. Tayangan itu memastikan, pakaian dan sepatu yang terlihat pada jasad adalah milik Yuniawan.

Sebelumnya, VIVAnews kehilangan kontak dengan Wawan saat erupsi terjadi sejak pukul 17.02. Kontak terakhir Wawan dengan seorang temannya, terdengar suara dilatar yang menyebutkan ada api.

Yuniawan Nugroho wafat saat berniat menjemput Mbah Maridjan di lereng gunung Merapi.

Selasa, pukul 17.30, redaksi VIVAnews sedang rapat di lantai 31, Wisma Standard Chartered, Jakarta. Lantas muncul kabar bahwa gunung merapi mulai menampakkan erupsi.

Sontak, redaktur pelaksana VIVAnews Nezar Patria menghubungi Yuniawan Wahyu Nugroho, wartawan VIVAnews yang sedang bertugas meliput bencana Merapi ke Yogya. Pria santun yang biasa dipanggil Wawan ini bertolak ke kota gudeg itu Selasa siang sekitar pukul 13.00 WIB. Dari Jakarta dia sudah mengatur janji wawancara dengan Mbah Maridjan.

"Hallo, Wan posisi anda dimana," kata Nezar di ujung telepon.

"Ini di rumah Mbah Maridjan," kata Wawan.

"Itu sudah ada letusan. Apa tidak berbahaya," Nezar bertanya.

"Di sini masih ada banyak orang. Saya menunggu Mbah Maridjan yang lagi sholat," jawab Wawan.

Lantas, Nezar menekankan, "Kalau berbahaya dengar sirine, segera turun. Jangan bertahan di situ untuk wawancara."

Wawan menjawab "Iya". Namun, perbincangan putus karena sinyal telepon buruk.

Menyambung perbincangan yang terputus lewat telepon, Wawan lalu mengirim SMS, pada pukul 17.49 WIB. Bunyi SMS itu: "Mas, saya sudah berada di rumah Mbah Maridjan. Mbah Maridjan masih sholat," kata Wawan.

Dalam pesan pendeknya, Nezar menjawab, "Hati-hati. Jangan sampai kena wedhus gembel."

Setelah itu tidak ada kontak lagi dengan Wawan.

Satu jam kemudian, newsroom dikagetkan oleh telepon dari seorang kerabat Wawan, seorang aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bernama Rini Soegiharto. Wawan dikabarkan dalam kedaan bahaya.

Redaksi VIVAnews pun cemas. Sejumlah rekan lantas mencari tahu ke berbagai pihak. Menghubungi sanak kerabat Wawan, kawan-kawannya yang lain, menghubungi tim SAR, tim PMI hingga melaporkan ke polisi.

***

Cerita lebih detil lalu diberikan oleh Rini. Pada pukul 18.29 WIB, dia ditelepon Wawan. "Saya lagi di rumah Mbah Maridjan. Saya menunggu, dia lagi sholat," kata Wawan di ujung telepon kepada Rini. Rini pun mengingatkan agar editor senior VIVAnews tersebut berhati-hati.

Namun, dalam perbincangan singkat itu, di ujung telepon, Rini mendengar ada suara sirine dan sejumlah orang menjerit-jerit. "Ada api, ada api, panas, panas."

Tiba-tiba telepon terputus. Rupanya ini adalah telepon terakhir Wawan. Berulang kali dikontak, namun tidak tersambung.

Rini pun shock. Dia teringat kisah empat tahun lalu, saat gunung Merapi meletus. Wawan juga meliput letusan gunung Merapi dan bertemu Mbah Maridjan. Saat itu, keduanya juga saling berkomunikasi. Rini teringat pada 2006 juga ada wedhus gembel.

Namun, kali ini Rini yang berteman baik sejak kuliah di UGM merasa situasinya sangat menegangkan. Di televisi, dia melihat awan panas sudah membubung, sedangkan Wawan masih di rumah Mbah Maridjan yang berjarak empat kilometer dari puncak.

Mbah Maridjan memang memilih tirakat di masjid dekat rumahnya di Kinahrejo, Dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Menurut cerita Agus, asisten Mbah Maridjan, sebenarnya saat mendengar bunyi sirine sebagai tanda gunung meletus, ia bersama keluarga Mbah Mardijan dan beberapa orang yang terakhir bertahan sudah memutuskan turun.
Mereka mengendarai dua mobil sampai ke tempat aman. Termasuk Wawan juga turun sejauh 4 kilometer ke kediaman Agus, rekannya di Yogya yang sekaligus teman dekat Mbah Maridjan.

Namun, sampai di tempat evakuasi, dua orang yakni Tutur tenaga medis PMI Bantul, Yogyakarta dan Wawan berinisiatif menjemput paksa Mbah Maridjan yang masih bertahan dan sembayang di masjid.

"Mereka berdua naik mobil Suzuki APV ke atas menjemput Mbah Maridjan. Namun, saat ini kami kehilangan kontak dengan mereka. Kami duga mereka terjebak, karena awan panas sudah sampai ke kediaman Mbah Maridjan," katanya kepada VIVAnews pukul 20.30 WIB, Selasa, 26 Oktober 2010.

Pukul 22.42 WIB, VIVAnews mendapat telepon dari Iman Surahman, aktivis Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa, yang melakukan pencarian korban akibat erupsi Gunung Merapi sejak sore. Iman menemukan identitas Yuniawan Nugroho pada salah satu korban yang ditemukan tewas di rumah Mbah Maridjan.

***

Yuniawan, yang lahir pada 1 Juni 1968 di Blora adalah editor yang menggawangi liputan khusus sorot VIVAnews.com. Saat membahas sorot pekan depan yang akan mengulas soal Mbah Maridjan dan Gunung Merapi, Wawan memimpin tim peliputan.

Wawan pun tertarik untuk mewawancarai Mbah Maridjan di Yogyakarta. Alasannya, dia sudah pernah meliput dan kenal dengan asisten Mbah Maridjan, Agus, sehingga berpeluang bisa wawancara dengan orang tua yang disegani di Gunung Merapi tersebut.

Sebagai salah satu editor andalan, Wawan dikenal sebagai sosok jurnalis pekerja keras, sungguh-sungguh dan militan. Wawan jarang mengeluh mengerjakan tugas-tugas kantor.

"Dia orang yang sangat santun dan memiliki jaringan luas terutama bidang politik," ujar Nezar.

Rini juga mengenal Wawan sebagai sosok yang sangat baik dan memiliki banyak kenalan, baik di kalangan aktivis, politisi hingga LSM internasional. "Banyak sekali teman-teman yang sedih dan merasa kehilangan."

Wawan memang sudah belasan tahun bekerja sebagai jurnalis. Sebelumnya, dia cukup lama bekerja di harian Suara Pembaruan. Pada 2008, Wawan ikut berperan saat VIVAnews baru berdiri. Namun, tak lama kemudian Wawan memilih berlabuh ke Koran Jakarta. Menjelang Lebaran 2010, Wawan kembali ke pangkuan VIVAnews menggawangi liputan khusus.

Kini, Wawan dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Almarhum meninggalkan istri dan dua orang anak yang amat dikasihinya dan foto mereka selalu ada di dompetnya.

Selamat jalan Wawan, sahabat sekaligus kawan kerja yang tidak saja menyenangkan, tapi juga pemberi semangat di ruang redaksi. Semoga mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Amien.vivanews

Merapi, Riwayatmu Kini….

Merapi, akhirnya, kembali berontak. Selasa (26/10), sekitar pukul 17.02 WIB, gunung yang dideteksi paling aktif di dunia itu mulai memasuki tahap erupsi. Ditandai dengan dua kali letusan keras; sebelum letusan ketiga menyusul disertai awan panas setinggi 1,5 meter yang langsung mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo – sembari menyemburkan material vulkanik hingga 1,5 kilometer.

Kota Sleman (Yogyakarta) dan Klaten-Boyolali-Magelang (Jawa Tengah), yang dilintasi gunung setinggi 2.968 meter itu, seketika terkepung hujan abu. Angin bergerak membawa awan panas. Korban pun berjatuhan. Rata-rata karena sesak napas dan gosong terbakar. Warga yang sejak pekan lalu lari ke pengungsian, diminta mengenakan masker, agar tidak menghirup abu vulkanik yang berbau belerang.

***

Konon, ini kali ke 69 Merapi meletus sejak 1548. Letusan-letusan kecil kerap terjadi setiap dua-tiga tahun sekali; sementara yang lebih besar antara 10-15 tahun sekali.

Letusan-letusan yang berdampak cukup besar berlangsung, antara lain, tahun 1006, 1786, 1822, 1872, 1930, 1194, 1998, dan terakhir 2006. Letusan pada 1006, kabarnya, memaksa Kerajaan Mataram Kuno harus pindah ke Jawa Timur.

Namun, letusan tahun 1930-lah yang paling dahsyat. Saat itu 13 desa hancur, dan 1400 orang tewas.

Dan, Merapi terus bergerak. Pada November 1994, letusan Merapi mulai membawa awan panas, yang menukik ke beberapa desa di bawah lereng. Puluhan jiwa jadi korban.

Lalu, 19 Juli 1998, letusan yang tak kalah besar muncul. Hanya saja, awan panas dihembuskan angin ke arah atas, hingga tidak memakan korban jiwa.

Berikutnya, letusan berturut-turut dengan aktivitas cukup tinggi berlangsung selama 2001-2003. Tahun 2004-2005, Merapi mendadak adem-ayem.

Barulah memasuki April 2006, gempa-gempa kecil dan deformasi merayap dari Merapi. Sebulan berikutnya, diyakini, Merapi siap meletus kembali. Pemerintah Daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta, yang telah dipaksa akrab dengan amuk-merapi, segera bersiap mengevakuasi penduduk.

Akhirnya, 15 Mei 2006, Merapi benar-benar melontarkan letusan pertama. Dikabarkan, antara 2 Juni s/d 4 Juni 2010, volume lava di kubah Merapi sudah mencapai 4 juta meter kubik. Artinya, lava telah memenuhi seluruh kapasitas kubah Merapi, sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung loncat ke luar.

Setelah melemparkan hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas yang dahsyat hingga menggelapkan Magelang (sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi), pada 8 Juni, sekitar pukul 09.03 dan 09.40 WIB, Merapi kembali meletus, dua kali berturut-turut. Semburan awan panas sejauh 5 kilometer lebih melesat ke arah hulu Kali Gendol (lereng selatan), dan menghanguskan sebagian kawasan hutan di utara Kaliadem di wilayah Kabupaten Sleman.

Tecatat dua orang tewas, dan ratusan penduduk yang tinggal di lereng Merapi kehilangan tempat tinggal.

***

Merapi saat ramah/IstimewaMerapi saat ramah/IstimewaKehadiran Merapi, berikut ulahnya yang demen ngambek, memang kerap menjadi paradoks bagi masyarakat maupun Pemerintah Daerah Yogya dan Jawa Tengah. Material pasir dengan kualitas bagus yang terhimpun di Merapi, adalah berkah bagi masyarakat. Itu sebabnya mereka mau-mauan membangun desa hingga ketinggian 1700 meter di lereng-lereng Merapi.

Tapi, Merapi juga punya obyek wisata yang diakui dunia amat cantik. Pemandangan alamnya memang mempesona. Jalur pendakiannya yang ramah, kerap memancing wisatawan asing datang betualang. Bagi Pemda, ini tentu ladang devisa.

Pada 4 Mei 2004, wilayah Merapi ikut dinobatkan sebagai kawasan Taman Nasional. Hutan-hutan di Gunung Merapi bahkan sudah ditetapkan sebagai kawasan lindung sejak 1931; utamanya untuk perlindungan sumber air, sungai dan penyangga sistem kehidupan Kabupaten/Kota Sleman, Yogyakarta, Klaten, Boyolali, dan Magelang.

Ekosistem Merapi secara alami merupakan hutan tropis pegunungan yang terpengaruh aktivitas gunung berapi. Beberapa jenis endemik, di antaranya Saninten (Castanopsis argentea), Anggrek Vanda tricolor, dan Elang Jawa (Spizaetus bartelsi). Konon, di sana juga masih tinggal komunitas macan tutul (Panthera pardus) dan hewan liar lainnya.

***

Rabu (27/10) dini hari ini, Merapi dilaporkan mulai tenang. Guguran awan panas – yang oleh penduduk akrab disebut sebagai wedhus gembel – tak lagi kelihatan. Namun, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM), Surono, mewanti-wanti, Merapi tak sepenuhnya tidur. "Masih aktif, statusnya masih awas," katanya.

Kabar bagus itu seakan mengamini gerak tim penyelamat yang memutuskan menghentikan sementara upaya pencarian korban, menyusul cuaca yang kurang kondusif akibat amuk Merapi siang tadi. Sejauh ini, mereka sudah berhasil mengevakuasi 15 korban tewas – salah satunya diduga Yuniawan Nugroho, wartawan VIVAnews.com, yang sedang memburu Mbah Marijan, kuncen Merapi yang ogah dievakuasi – dan belakangan juga ditemukan tewas dalam posisi sedang bershalat di rumahnya, Desa Kinahrejo Sleman, sekitar 6 km dari Puncak Merapi.

Namun, Iman Surahman, relawan Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa yang ikut berjibaku langsung di lapangan bencana, menduga masih ada beberapa korban yang belum ditemukan. "Besok pencarian akan kami lanjutkan. Kami yakini masih ada setidaknya lima orang lagi," ujarnya.

Keyakinan Iman itu membuat Lanny, seorang pembaca TNOL, bergidik. “Semoga itu keyakinan yang salah. Belum lagi petaka Mentawai usai, Merapi datang meradang. Apa yang salah dengan negeri ini?” bisiknya di telepon.

http://www.tnol.co.id/id/onthespot/6615-merapi-riwayatmu-kini.html

Merapi Tewaskan Belasan Orang

VIVAnews - Sampai pencarian dihentikan pada pukul 24.00, Selasa 26 Oktober 2010, diduga sudah belasan orang tewas akibat erupsi Gunung Merapi sore ini. Beberapa orang di antara yang tewas diduga adalah wartawan termasuk dari VIVAnews.com, Yuniawan Nugroho.

"Tim kami saja tadi mengangkut sembilan orang tewas," kata Iman Surahman, relawan Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa, saat dihubungi VIVAnews.com, Rabu 27 Oktober 2010 dinihari. "Tim berikutnya juga menemukan beberapa orang lagi," katanya.

Iman meyakini, masih ada beberapa orang lagi yang diduga tewas dalam erupsi sore ini. Mereka umumnya terjebak di beberapa rumah di sekitar rumah Mbah Maridjan.

"Besok akan kami lanjutkan kembali pencarian," kata Iman. "Kami yakini masih ada setidaknya lima orang lagi."

Sebagian besar korban tewas langsung dibawa ke Rumah Sakit Dr Sardjito, Yogyakarta. Sementara korban yang kena luka bakar atau gangguan pernafasan sebagian dirawat di Rumah Sakit Panti Nugroho, Pakem, Sleman. (umi)

Bantu Korban Merapi, DD Siapkan Personel dan Logistik

Tim Disaster Management Center Dompet Dhuafa (DMC DD) menyiapkan 30 orang personel dengan kualifikasi rescue dan medis untuk membantu korban bencana letusan Gunung Merapi di DI Yogyakarta.

Koordinator Tim DMC Dompet Dhuafa untuk bencana Merapi,
Iman Surahman, mengatakan, selain kekuatan tim tersebut, Dompet Dhuafa juga didukung logistik yang memadai untuk melaksanakan program evakuasi dan recovery.

“Kita baru saja berkoordinasi dan menghitung perbekalan untuk para pengungsi,” kata Iman Surahman di posko “Sigap Merapi” Dompet Dhuafa pada Rabu malam (27/10). “Insya Allah logistik dan jumlah relawan Dompet Dhuafa mencukupi,” tambahnya.

Merespons kebutuhan masker untuk pengungsi dan masyarakat di sekitar Gunung Merapi, Dompet Dhuafa Rabu siang (27/10) membagikan sebanyak 10 ribu masker.

Letusan Gunung Merapi disertai turunnya awan panas dan debu menyebabkan warga harus menggunakan masker. Sayangnya jumlah masker yang tersedia tidak cukup digunakan pengungsi dalam jangka panjang.

“Kita siapkan lebih banyak lagi untuk antisipasi,” ungkap Direktur Program Dompet Dhuafa di Jakarta Rabu (27/10).

Arifin menambahkan, sejumlah program sudah disiapkan Dompet Dhuafa untuk penanganan korban bencana Gunung Merapi ini. “Di antaranya, layanan pijat untuk refleksi untuk relawan dan pengungsi,” katanya menambahkan.

Kiprah Tim Disaster Dompet Dhuafa dalam membantu menangani korban dan pengungsi akibat letusan Gunung Merapi di Yogyakarta tidak akan maksimal tanpa bantuan masyarakat sekitar.

Posko DD di Desa Wukirsari, Sleman yang berjarak 18 KM dari lereng Merapi banyak sekali mendapat sumbangan dari warga. Bahkan, warga desa dengan sukarela memasak untuk anggota tim relawan DD.

Relawan DD di area pengungsian Merapi berjumlah sekitar 30 orang yang terdiri dari para mahasiswa, diantaranya dari Mapala UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. “Kami beroperasi di wilayah yang belum disentuh oleh pihak lain, baik lembaga sosial maupun pemerintah” ungkap Ibeng, Koordinator Aksi lapangan, didampingi Direktur Disaster Management Center Dompet Dhuafa, Iman Surahman.

Dompet Dhuafa dalam rangka melakukan aksi tanggap bencana Gunung Merapi membuka partisipasi masyarakat yang ingin membantu berdonasi, baik berupa bahan makanan, obat-obatan dan uang. “Di sini ada ribuan orang yang sedang membutuhkan dan uluran tangan dari saudara se-Indonesai sangat diperlukan” tambahnya. Esok, Tim DD kembali menyisir berbagai wilayah untuk melakukan evakuasi dan mendata kebutuhan pengungsi. (dompetdhuafa.org)

DD Jogja kirim 10.000 masker ke merapi

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta resmi menaikkan status Gunung Merapi dari waspada menjadi siaga. Perubahan status Merapi tersebut berlaku mulai Kamis (21/10) pukul 18.00 WIB.

Seiring dengan meningkatnya status gunung merapi menjadi siaga, Dompet Dhuafa membagikan 10.000 masker kepada warga yang berada dalam KRB ( Kawasan Rawan Bencana ) III yang terdiri dari Desa Pagerharjo dan Umbulharjo kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Kawasan yang paling dekat dengan puncak gunung merapi adalah Desa Pagerharjo yang terdiri dari Dusun Kaliadem, Jambu, Petung dan kopeng. Kawasan tersebut dihuni sekitar 800 warga dengan jarak 3 - 6 KM dari puncak merapi.

Tim DD Jogja berangkat hari jumat (22/10) pukul 13.00 dengan membawa 5 relawan dan akan membentuk posko SIGAP MERAPI di Jl. Kaliurang Km 10 dan Kawasan Panti Asuhan Ghifari di Turi, Sleman. Pada senin (25/10) mendatang Tim Disaster Managemen Center ( DMC ) Dompet Dhuafa Pusat akan melatih kader lokal untuk tanggap bencana yang diharapkan siap sewaktu-waktu jika dibutuhkan.

Merapi Meletus, Ternak pun Dibuatkan Pos Pengungsian

JAKARTA - Para pengungsi korban letusan Gunung Merapi ramai-ramai meninggalkan posko pengungsian di Cangkringan menuju rumah masing-masing. Hal tersebut dilakukan karena pengungsi ingin melihat harta benda yang ditinggalkan.

Terkait hal tersebut, lembaga kemanusiaan dan bantuan sosial Dompet Dhuafa (DD) berencana membuat posko pengungsian khusus bagi hewan ternak warga.

“Kami berencana akan membuat barak untuk penampungan hewan ternak, karena bagaimanapun juga itu harta mereka yang berharga,” ucap relawan DD Iman Surahman saat berbincang dengan okezone melalui sambungan telepon, Rabu (27/10/2010).

Sebagai langkah konkret, pihaknya akan merapatkan mengenai teknis dan lokasi pos penampungan hewan tersebut.

“Jika tidak segera, maka akan menjadi berbahaya karena warga nyelonong naik ke atas melihat harta bendanya. Kita juga tidak bisa melarangnya. Pagi besok akan ditentukan di mana lokasinya,” imbuh Iman.

Kondisi permukiman zona merah Cangkringan, kata Iman, masih sangat berbahaya. Semburan awan panas di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulrejo semalam, meluluhlantakkan apa pun, tak terkecuali makhluk hidup. Datangnya awan panas sangat cepat dan tidak diduga kapan waktunya.

Karena itu, Iman mengkhawatirkan jika warga sering kembali ke rumahnya, mereka bisa menjadi sasaran empuk awan panas atau wedhus gembel. “Kita harap warga tidak nekat naik turun lereng,” tukasnya.
(ton)

DMC Dompet Dhuafa “Sigap Merapi”


Sebagai ujung tombak pengelolaan situasi kebencanaan Dompet Dhuafa, Disaster Management Centre (DMC) telah melakukan pemutakhiran kondisi Gunung Merapi.

Dari pantauan Data siesmograf hingga kini gempa di Merapi terus mengalami peningkatan. Gempa multifase dalam sehari bisa terjadi hingga 300 kali. Gempa multifase terjadi karena gempa vulkanik baik dalam maupun dangkal yang kuat terus terjadi sehingga di kubah lava mengalami kegempaan.

Dilaporkan pula, gejala alamiah sudah mulai menampakkan tanda-tanda aktifitas Merapi yang kian meningkat, di antaranya telah ditemukan hewan sejenis rusa yang mulai turun dikawasan kecamatan srumbung. “saya dapat khabar dari teman-teman yang pernah menjalankan program DD di Srumbung, rusa sudah mulai turun.”tutur Anto Koordinator DD Yogyakarta saat dihubungi via telpon pagi tadi (20/10).

DMC-DD telah mempersiapkan posko “Sigap Merapi” di Kecamatan Pakem sekitar kampus UII Kaliurang Yogyakarta. Posko tersebut berfungsi sebagai posko utama yang bersiaga manakala Merapi beraksi memuntahkan laharnya. Posko ini berdekatan dengan rencana lokasi pengungsian yang telah dipersiapkan oleh tim PB Kesbanglinmas Sleman.

Kini DMC-DD tengah mempersiapkan posko satelit berlokasi di BMT Al Ghifari Dusun Palem Argobinangun Pakem Sleman yang merupakan mitra Dompet Dhuafa Yogyakarta.

Cp. Iman Surahman
Head Division Response and Networking
0816 11 55 336

SUDAH DALAM KANTUNG MAYAT, DINYATAKAN SELAMAT


JAKARTA - Enam kursi pesawat harus dibongkar kemudian dipasangi tempat tidur untuk membawa Lisa Auparay, 20 tahun, korban banjir Wasior, dari Manokwari ke Jakarta. Lisa dirujuk Tim Dokter RSUD Manokwari ke Jakarta bersama Tim Sigab (aksi tanggap bencana) LKC Dompet Dhuafa Roby Suryadi ke RSCM dikarenakan keterbatasan tim medis dan alat kesehatan di RSUD Manokwari.
Pasien Lisa mengalami patah tulang bahu, luka menganga di kepala sehingga terlihat sebagian isi dalam kepala dan begitu juga ditemukan luka lebar di kaki kanannya.

Berangkat dari Manokwari pukul 13.00 WIT sampai di IGD RSCM 20.00 WIB. Pesawat sempat transit di Makasar selama 2 jam. Proses pemberangkatan dari Manokwari sampai Bandara Soekarno-Hatta (Soeta) tidak menemui masalah berarti. Hanya saja sesampai di Bandara Soeta untuk mendapatkan izin ambulance dalam penjemputan Lisa sedikit terkendala, agaknya administrasi tidak begitu peduli dengan kondisi pasien yang harus segera mendapat pelayanan kesehatan lanjutan di RSCM.

Menurut petugas bandara, hanya ambulance bandara saja yang bisa masuk sampai ke pesawat parkir, untuk ini Ambulance LKC harus standby di Centra Medika Bandara. Biaya pengambilan pasien dari pesawat dengan ambulance bandara tersebut, LKC dimintakan pembayaran Rp300.000,- dari tawar-menawar akhirnya disepakati Rp.200.000.
Alhamdulillah, setelah pembayaran selesai, pasien segera dilarikan oleh Ambulance LKC yang disupiri Nurrahim ke RSCM dengan kecepatan penuh. Sesampai di RSCM tim dokter IGD sudah standby dan langsung memberikan tindakan selain pemeriksaan pisik dilakukan juga biopsi dan pemeriksaan di radiologi, baik rongent maupun CT Scan. Proses pemeriksaan berlangsung pukul 20.00 WIB s.d 3.59 WIB, setelah itu pasien diinapkan di Irna Gedung A, kamar 510.

Kantong Mayat

Tak ada yang menyangka Lisa masih diberikan kesempatan hidup oleh Yang Maha Kuasa. Padahal ketika evakuasi terhadap korban bencana Wasior, Senin (4/10), Lisa sudah sempat diduga mati. Ia ditemukan tidak jauh dari bekas rumahnya oleh tim sar dalam kondisi kepala kejepit batu dan tubuh tertimbun lumpur. Setelah ia dimasukkan kantong mayat kemudian Lisa di bawa ke pelabuhan Wasior di mana mayat-mayat yang korban bencana itu dikumpulkan. Ketika menaruh kantong itulah Lisa bergerak dan berteriak sakit.

"Saya sadar dan tahu saya dimasukkan ke kantong mayat, tapi suara saya tak keluar karena saya tidak bisa menggerakan kepala saya. Ketika ditaruh di antara korban lain, saya merasa sakit karena tulang saya yang patah terasa bergeser. Lalu saya menggerakkan kaki serta berteriak semampu saya," cerita Lisa kepada lkc.or.id di RSCM, Minggu Malam (17/10/10).

Mengetahui Lisa masih hidup Tim Sar langsung mengontak helikopter dan melarikan Lisa ke RSUD Manokwari untuk mendapatkan pertolongan pertama. Di rumah sakit inilah Lisa bertemu dengan Tim Medis LKC, Roby Suryadi. Setelah berkoordinasi dengan tim medis di RSUD Manokwari akhirnya diputuskan untuk merujuk Lisa ke Jakarta, karena didiagnosa banyak luka spesifik karena benturan di saat terseret banjir.

Menurut Roby, sebenarnya rujukan ke RSCM ini sudah keluar tanggal 8 Oktober 2010, tapi karena alotnya urusan pesawat yang mau membawa pasien ke Jakarta akhirnya pemberangkatan tertunda hingga 18 Oktober 2010. "Syukurlah Merpati Air Lines mau membawa Lisa meski membongkar 6 bangkunya," kata Roby. "Untuk ini kepada Merpati kami haturkan terimakasih."

Bertahan

Menurut cerita Lisa, ketika banjir datang ia sedang berada di belakang rumah. Ia melihat sendiri dari kejauhan ada air bah datang setinggi pohon. Ia berteriak meminta kakak iparnya untuk membawa 3 ponakannya yang ada di dalam rumah untuk menyelamatkan dirinya. Mereka berhasil terhindar dari bencana itu. Hanya saja giliran Lisa ketika berupaya lari, air bah itu datang dan menyeret dia serta rumahnya.

"Aku tersangkut di pohon. Tapi tidak lama banjirnya malah lebih tinggi dari pohon itu. Saya terseret lagi, rumah tetangga yang hanyut menghantam saya, atap sengnya menggesek kepala saya dan membuat kepala saya luka sampai tulang tengkorak. Saya terus terseret dan tidak lama kepala saya sudah berada di antara dua batu," tutur Lisa.

Di dalam air yang bercampur lumpur, lanjutnya, ia berusaha untuk bertahan. Syukur ada rongga batu yang menjepit kepalanya tidak digenangi air, hal itu membuat ia masih bisa bernapas. Saat itu sudah merasakan kakinya luka, tangannya kejepit dan tulang bahunya patah. Kepalanya terus basah karena darah. Barulah sorenya ia dievakuasi, itupun dimasukkan ke dalam kantong mayat.

Sejak terjadinya banjir hingga ia berada di RSCM, ia sadar dan tidak pernah pingsan serta tidak pula muntah-muntah. Hanya saja tubuhnya tak bisa bergerak, kalau bergeser sedikit ia terasa sakit.

Menurut dokter jaga IGD RSCM, secara umum Lisa tidak ada gangguan berarti di bagian dalam, yang berbahaya hanya infeksi lukanya yang sudah bernanah di kepala. Dijadwalkan akhir pekan ini Lisa akan menjalani beberapa operasi untuk recovery. -LKC/Maifil

Banjir Wasior: DD bangun Hunian Sementara (Huntara)


REPUBLIKA.CO.ID,WASIOR--Dompet Dhuafa berencana membangun rumah hunian sementara di Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat. Rumah tersebut sebagian besar ditujukan kepada umat muslim korban banjir bandang di daerah tersebut.

''Kita mulai dengan 100 unit dulu,'' ujar Kordinator Disaster Response, Dompet Dhuafa, Iman Surahman, ketika bertemu langsung dengan para korban di Masjid Agung Al Falah Wasior, Kamis (14/10).

Rumah tersebut akan disesuaikan dengan material yang mudah didapatkan di daerah Wasior atau daerah sekitar. Tapi sebagai rujukan, rumah tersebut akan mirip dengan rumah hunian sementara korban gempa Sumatera Barat. Luasnya sekitar 3x6 meter dengan tiang kayu, dinding tripleks, dan bagian bawahnya papan. ''Kalau dengan yang seperti ini, kita buatnya bisa hanya seminggu,'' kata Iman.

Rumah-rumah ini dibangun sebagai upaya untuk meringankan beban korban banjir bandang. Sementara pemerintah masih belum memastikan adanya relokasi untuk para korban. Rumah itu juga diharapkan dapat mengembalikan privasi dari sebuah keluarga. Menanggapi usulan tersebut, tokoh masyarakat sekaligus anggota DPRD Kabupaten Teluk Wondama, Arwin, akan mencoba mencari lahan yang cocok di sekitar lokasi bencana. ''Masalah disini itu lahannya, masih banyak tanah hak ulayat''" ujarnya.

Untuk mengurus izin menggunakan tanah hak ulayat sangat sulit, dan pasti harus mengeluarkan biaya besar. Oleh karena itu, untuk pembangunan rumah hunian sementara ini, dia berusaha berkordinasi dengan tokoh-tokoh muslim di daerah Wasior. Diharapkan mereka bisa meminjamkan tanahnya.

Selain mengupayakan 100 unit rumah hunian sementara. Dompet Dhuafa juga akan mencoba menyumbangkan sapi dan kambing untuk Idul Adha mendatang.

Red: Budi Raharjo

DD Gandeng NGO Singapura dan Malaysia Bentuk Asian Disaster Fund

Dompet Dhuafa mengajak NGO Singapura dan Malaysia membangun lemabaga pembuayaan pasca bencana Asia Disaster Fund. Pertemuan DD dengan Pertapis, sebuah NGO besar Singapura menyepakati akan membuat pertemuan para pendiri Asia Disaster Fund di Singapura November 2010 mendatang. Pertemuan ini akan melibatkan NGO dari tiga negara Indonesia, Singapura dan Malaysia.

Asia Disaster Fund adalah gagasan Dompet Dhuafa yang digulirkan sejak 2009. lembaga ini dimaksudkan utk dapat menggalang dana bagi upaya pengurangan resiko bencan dan penanganan pasca bencana di Asia. Asia adalah wilayah dengan tinkat bencana yang besar.

DMC DOMPET DHUAFA DISTRIBUSIKAN SELIMUT BAYI DAN ALAT MASAK BAGI KORBAN WASIOR


Manokwari (14/10), Memasuki hari ke-9 para pengungsi korban banjir bandang Wasior masih disibukkan dengan urusan pendistribusian logistik berupa makanan dari pemerintah. Menyusul evakuasi besar-besaran dari lokasi bencana dengan menumpang Kapal Nggapulu beberapa waktu yang lalu (10/10).

Pengungsi tak kurang dari 4.000 jiwa kini ditampung di 2 lokasi berbeda. Menempati lapangan Kodim 1703 Manokwari dan lainnya berada di Balai Latihan Kerja (BLK) Perhutani Manokwari. Kondisi pengungsian masih belum tertata dengan baik, terlihat jelas sampah-sampah berserakan di sekitarnya, MCK sangat minim, kondisi para bayi memerihatinkan karena perlengkapan yang di bawa para ibu seadanya dan anak-anak masih nampak depresi, nampak sekali dari gerak tubuh mereka yang terlihat murung dan kaku. Pasokan bahan makanan kelihatan tak dapat diolah menjadi makanan siap saji lantaran tak ada perlengkapan memasak dan makan yang memadai.


Hingga tadi malam (13/10) Dompet Dhuafa telah mendistribusikan 84 helai selimut bayi dengan cara “hunting” para ibu yang tengah tidur berdampingan dengan bayinya dalam kondisi seadanya.”Semalam para relawan kita memburu para bayi dan balita yang tidur dengan kondisi seadanya”. Papar Iman Surahman Kepala Divisi Respon DMC-DD yang berada di lokasi. Untuk membantu mengolah bahan makanan yang tersedia juga telah didistribusikan 500 paket alat masak yang terdiri dari kompor, panci, wajan dan sodetnya serta alat makan dan minumnya. Pada hari ini (14/10) akan dibuatkan Dapur Umum bersama yang dapat digunakan untuk kegiatan memasak para pengungsi.


Untuk menjaga lingkungan pengungsi yang bersih DD telah menyiapkan 50 tong sampah berikut polybagnya yang ditempat diberbagai titik di lokasi pengungsian.
Sementara itu program recovery mental yang bertajuk “Sekolah Ceria” bagi anak-anak terus berlanjut di 2 lokasi pengungsian yang berbeda, melibatkan relawan dari KAMMI dan HMI setempat.
‎ ​Sebanyak 200 anak ikut terlibat dalam program ini. Recovery mental dilakukan bertujuan untuk membebaskan korban bencana dari kalangan anak-anak agar terbebas dari depresi dan trauma (trauma healing). Metode yang dilakukan berupa menggambar, mewarnai, dongeng, gerak dan lagu, games dan bermain peran (role playing.

DMC DD - Senyum untuk Pengungsi Manokwari

DMC DOMPET DHUAFA MENDISTRIBUSIKAN SELIMUT BAYI DAN ALAT MASAK BAGI KORBAN WASIOR

Manokwari (14/10), Memasuki hari ke-9 para pengungsi korban banjir bandang Wasior masih disibukkan dengan urusan pendistribusian logistik berupa makanan dari pemerintah. Menyusul evakuasi besar-besaran dari lokasi bencana dengan menumpang Kapal Nggapulu beberapa waktu yang lalu (10/10).
Pengungsi tak kurang dari 4.000 jiwa kini ditampung di 2 lokasi berbeda. Menempati lapangan Kodim 1703 Manokwari dan lainnya berada di Balai Latihan Kerja (BLK) Perhutani Manokwari. Kondisi pengungsian masih belum tertata dengan baik, terlihat jelas sampah-sampah berserakan di sekitarnya, MCK sangat minim, kondisi para bayi memerihatinkan karena perlengkapan yang di bawa para ibu seadanya dan anak-anak masih nampak depresi, nampak sekali dari gerak tubuh mereka yang terlihat murung dan kaku. Pasokan bahan makanan kelihatan tak dapat diolah menjadi makanan siap saji lantaran tak ada perlengkapan memasak dan makan yang memadai.

Hingga tadi malam (13/10) Dompet Dhuafa telah mendistribusikan 84 helai selimut bayi dengan cara “hunting” para ibu yang tengah tidur berdampingan dengan bayinya dalam kondisi seadanya.”Semalam para relawan kita memburu para bayi dan balita yang tidur dengan kondisi seadanya”. Papar Iman Surahman Kepala Divisi Respon DMC-DD yang berada di lokasi. Untuk membantu mengolah bahan makanan yang tersedia juga telah didistribusikan 500 paket alat masak yang terdiri dari kompor, panci, wajan dan sodetnya serta alat makan dan minumnya. Pada hari ini (14/10) akan dibuatkan Dapur Umum bersama yang dapat digunakan untuk kegiatan memasak para pengungsi.

Untuk menjaga lingkungan pengungsi yang bersih DD telah menyiapkan 50 tong sampah berikut polybagnya yang ditempat diberbagai titik di lokasi pengungsian.
Sementara itu program recovery mental yang bertajuk “Sekolah Ceria” bagi anak-anak terus berlanjut di 2 lokasi pengungsian yang berbeda, melibatkan relawan dari KAMMI dan HMI setempat.

​Sebanyak 200 anak ikut terlibat dalam program ini. Recovery mental dilakukan bertujuan untuk membebaskan korban bencana dari kalangan anak-anak agar terbebas dari depresi dan trauma (trauma healing). Metode yang dilakukan berupa menggambar

Bencana Wasior: DD mulai MENTAL RECOVERY

TIM KE 2 DMC-DD telah memulai PROGRAM RECOVERY BAGI PENGUNGSI

Tim Recovery bertugas melakukan Trauma Healing (penyembuhan luka mental akibat trauma) dan membangun Hunian Sementara (Huntara) bagi para korban Wasior agar dapat tinggal secara layak pasca bencana.

Di beberapa lokasi pengungsian Manokwari (12/10) dampak meluas korban banjir bandang wasior semakin terasa. Tak terkecuali ribuan anak-anak. Selain trauma akibat kejadian banjir bandang yang telah meluluh lantakkan kota Wasior (4/10) lalu, trauma anak-anak ini sepertinya tak kunjung usai. Pasalnya mereka juga harus diungsikan keluar dari tempat asalnya Wasior menuju Manokwari.

Situasi kepanikan saat berdesakan menuju Kapal Nggapulu yang mengangkut ribuan korban (10/10) lalu juga membuat kaum belia tentulah semakin depresi.

Sesaat setibanya ribuan pengungsi Wasior di Manokwari, Tim ke 2 DMC-DD telah bekerja menyelenggarakan Program Recovery untuk membantu anak-anak tersebut membebaskan diri dari segala perasaan depresi dan menyembuhkan luka mental (trauma healing) mereka.

Lokasi program recovery mental berada di sekitar pangkalan TNI AL yang berada di Manokwari."Kita akan melakukan recovery mental mereka menyesuaikan dengan kearifan lokal yang ada, seperti dongeng dan gerakan tubuh atau menari, metode lainnya juga akan kita kembangkan berdasarkan kondisi lapangan." Jelas Iman Surahman koordinator Tim recovery Wasior.

Di samping itu pula tim sedang melakukan asessmen untuk pembangunan Huntara yang akan siap dikerjakan mulai Jum'at (15/10) nanti."Jika semua berjalan lancar, Jum'at akan kita mulai Huntara." Iman menambahkan.

Dompet Dhuafa Siap Bangun Huntara di Wasior


Selasa 12 Oktober 2010 Tim recoveri DMC DD diberangkatkan ke Wasior Papuaq Barat. Ini merupakan tim ketiga yang diberangkatkan setelah Tim Rescue dan Tim Medis pasza banjir Wasior.

Tim recovery ini akan menyiapkan program recovery mental anak di pengungsian dan membuat hunian sementara bagi pengungsi. Setiba di Papua, tim ini akan melakukan pemetaan taktis untuk menjalankan program recovery ini. Tim recovery yang dipimpin Iman Suracman ini telah sering bertugas di berbagai bencana dalam dan luar negeri dan diharapkan dapat memberikan support yang layak kepada korban banjir di Wasior.

Tim ini akan bergabung dengan tim sebelumnya sehingga di lapangan tim DMC Dompet Dhuafa dibanytu staf lokal akan memadai untuk mengawal rencana ini.

Indonesia Perlu Membentuk Professional Disaster Response Team


Gagasan perlunya Professional Disaster Response Team di Indonesia ini disampaikan oleh Moh. Arifin Purwakananta disela diskusi tentang penanganan bencana Wasior 10 Oktober 2010 di Jakarta. Sifat bencana di Indonesia yang beragam, sebaran dan kuantitas bencana tidak akan mampu direspon oleh lembaga yang tak dirancang untuk itu. Kekuatan Pemda di tingkat Satlak dan Satkorlak dianggap tak mampu menghadirksan bantuan yang memadai saat bencana. Untuk itu Indonesia harus membangun tim reaksi cepat bencana di level nasional dan provinsi yang memungkinkan memberi layanan pertolongan bencana yang memadai.

Professional Disaster Response Team yang harus merupakan bagian dari paradigma pengurangan resiko bencana ini dapat dibiayai dengan anggaran daerah maupun nasional. Tim ini dapat dibangun serentak di semua provinsi maupun da[at dimulai dari pusat. Tim ini selanjutnya dapat berkordinasi dengan berbagai pihak seperti militer dan kepolisian, pemda dan berbagai organisasi lainnya. Ide ini sama sekali tak menghilangkan sumber daya lokal di tingkat bawah, bahkan daerah harus terus mampu membangun paradigma disaster risk reduction di wilayahnya, seperti membangun sistem Kampung Tanggap Bencana dsb.

Arifin menambahkan, Indonesia harus dapat memberi contoh bagi negara lain tentang penanganan bencana yang baik. Ini dikarenakan Indonesia adlah etalase bencana yang terlengkap. Tak ada yang mengaku ahli kebencanan tanpa memahami kebencanaan di Inodnesia. Untuk itu Indonesia sebaiknya mempu mengembangkan pola penanggulangan kebencanaan yang baik sehingga mampu mengispirasi dunia. Hal ini harus ditopang dengan penguatan diberbagai bidang seperti oleh universitas, dunia usaha serta masyarakat. Beberapa negara telah memiliki tim sejenis ini, namun Arifin mempercayai Professional Disaster Response Team yang dibangun di Indoesia akan mempunyai jam terbang yang cukup banyak nantinya, melebihi tim dari manapun. Ini peluang kita memberikan pengalaman kita dan menyelamatkan dunia, tembahnya.

Menengok keberhasilan Densus 88 di Kepolisian untuk penanganan terorisme, Arifin optimis Professional Disaster Response Team ini bisa diwujudkan. Indonesia memiliki SDM dengan kemampuan yang cukup untuk terus dikembangkan dalam membentuk Professional Disaster Response Team ini. Memang diperlukan kebijakan pemerintah pusat dan daerah untuk mewujudkan gagasan ini. Tim ini nantinya dapat berkordinasi dengan BNPB dan satkorlak dan satlak.

Tentu saja peran masyarakat harus juga diperkuat karfena sesungguhnya yang mampu menolong cepat di lokasi bencana adalah masyarakat sekitar bencana, ungkap Arifin. Ia menghimbau lembaga-lembnaga kemanusiaan mulai membangun tim respon bencana prodesional. Tim bentukan masyarakat ini akan banyak membantu mengatasi kebancanaan di Indonesia mengingat luasnya negeri ini.

Wasior Dikosongkan Hari ini, 41 Pengungsi Bertahan di Masjid


(10/10) Awan gelap masih terus menggelayut di atas distrik Wasior Papua Barat. Hujan deraspun masih terus mengguyur lokasi.

Hari ini (10/10) pukul 11.00 waktu setempat direncanakan akan ada evakuasi besar-besaran warga Wasior menuju Manokwari dengan menumpang sebuah Kapal Laut. Demikian info dari Robi koordinator lapangan DMC Dompet Dhuafa. "Berdasarkan rapat Muspida semalam, Insya Allah akan merapat Kapal besar yang akan mengevakuasi warga Wasior yang masih bertahan sejak banjir bandang (4/10) waktu itu." Ungkap Robi pagi tadi.

Sejak Jum'at (6/10) Dompet Dhuafa telah membuka Dapur Umum bagi para pengungsi yang bertahan di Masjid Al Falah distrik Wasior Kota. Menurut Robi, Sejumlah 41 orang warga ini kesulitan makanan sejak kejadian tersebut. Bahan makanan berhasil didapat tim DMC-DD dari kampung sebelah yang tidak terkena dampak banjir bandang. Meskipun harus melalui jalur yang penuh lumpur yang dalam, bahan makanan dapat diperoleh berikut minyak tanah yang jumlahnya sangat terbatas di sana. "Persediaan minyak tanah kita tinggal 20 liter" kisah Robi yang ditemani oleh 2 anggota SAR DMC DD dan seorang tenaga Medis SIGAB DD di sana.

Dengan dibantu 6 orang Relawan lokal, hingga kini Tim DMC-DD masih menyemprotkan disinfektan di lokasi. Sementara itu anggota 4 anggota Tim lainnya kini tengah melayani pengungsian di Manokwari dan bersiaga menerima limpahan pengungsi yang akan dievakuasi hari ini baik dari Wasior maupun Nabire. "Dari Nabire dikabarkan juga akan diangkut ke Manokwari."Pungkas Robi [dmcdd]

Tim DMC Dompet Dhuafa Evakuasi Korban Gempa di Papua


Rabu, 16 Juni 2010, sekitar pukul 10. 16 WIB, gempa beruntun menerpa Bumi Papua. Guncangan pertama sebesar 7,1 SR terjadi 123 km tenggara Biak, Papua dengan kedalaman 10 km. Selang tiap setengah jam, guncangan terus terjadi dengan kekuatan antara 6,6 SR sampai 5 SR.

Tidak banyak yang tahu kondisi korban di sana. Tidak ada pemberitaan media, maupun rilis resmi dari pemerintah setempat. Manager Disaster Managemen Center Dompet Dhuafa (DMC-DD) Iman Surahman dan seorang dokter dari Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC), Kamis Malam (17 Juni 2010) langsung bertolak ke Papua. Untuk tahap awal, bantuan diarahkan ke manajemen pengungsi dan layanan medis.

Tim DMC-DD berhasil masuk ke Kepulauan Yapen Srui, Papua Jumat (19/6) pagi. Tim DMC-DD masuk lewat laut dan menembus bukit yang tertutup longsor. Satlak setempat kosong dan sepi. Sama sekali belum ada bantuan. Kondisi lokasi bencana memprihatinkan. Tim DMC DD melaporkan, kebutuhan tenda mendesak. Sampai saat ini baru tersedia 300 buah tenda. Setelah swiping daerah pemukiman tepi pantai, Tim Dompet Dhuafa hari ini susuri daratan hingga pegunungan.

Saat Dompet Dhuafa memasuki distrik Angkay Sera, Konti Unay, seluruh pemukiman luluh lantah rata dengan tanah. DD langsung merekrut relawan lokal lalu bergabung dengan BASARNAS mencari sebuah angkutan umum yang terjebak longsor. Ada 4 titik longsor parah. Jalur transportasi putus tertimbun tanah dan batu, sebagian lagi turun seperti tertelan bumi. Lokasi hanya bisa diakses dg jalan kaki. Tak ada alat, lembaga kemanusiaan, dan bantuan. Komunikasi dan transportasi putus. Sebanyak 14 orang dinyatakan hilang di salah satu titik longsor.

Distrik Akay Sera meliputi sepuluh kampung. Daerah ini merupakan daerah terparah terkena dampak bencana, dan di daerah ini juga cukup banyak terdapat mualaf. Jarak tempuh kurang lebih 50 sampai 60 km. Jalan mendaki dan rusak. Tim DMC-DD menggunakan sepeda motor dari pusat kota kabupaten. Daerah yang berbukit dan pegunungan berdampak pada longsor di belasan titik dan ada 4 titik longsor dengan skala besar, menyebabkan tertutupnya akses jalan utama serta putusnya jalur transportasi. Longsoran memakan korban sebanyak 14 orang yang berada dalam angkutan umum yang tertimbun longsoran dan hingga kini belum ditemukan.[]

http://regional.kompasiana.com/2010/06/21/tim-dmc-dd-evakuasi-korban-gempa-di-papua/

Sistem Tanggap Bencana Yang Paradigmatik

Wawancara Arifin Purwakananta October 1st, 2008

Disela-sela gaya bicaranya yang sederhana dan lugas seringkali terlontar kejutan-kejutan. Kreatifitas dan ide-ide segar lelaki humoris ini memang seperti tak pernah terputus dan terus mengalir. Minatnya luas. Tak heran ia menjadi juara dan ketua kelas di sekolah, mendaki gunung, menang lomba adzan, memainkan alat musik flute, belajar biola secara otodidak, menjadi asisten dosen di kampus, sampai menjadi pernah juara invitasi internasional Silat Perisai Diri. Aktifis zakat yang pernah menjadi trainer teknik berfikir kreatif ketika menjadi mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia ini memang selalu bergairah dalam memberikan kontribusi pemikiran tentang berbagai hal. Menanggapi isu kebencanaan misalnya, gagasannya tentang Konsep Kampung Tanggap Bencana yang sempat diseminarkan di Universitas Islam Al Azhar Jakarta 2006 lalu mendapat tanggapan positif dari peserta seminar. Menjelang rekaulang sistem tanggap bencana nasional melalui upaya melahirkan undang-undang yang saat ini masih digodog DPR, aktifis sosial yang pernah menjabat Direktur Institut Manajemen Zakat ini, melontarkan gagasan seputar system tanggap bencana nasional yang paradigmatik dan peran strategis organisasi pengelola zakat (OPZ) dalam sistem itu.

Sistem tanggap bencana di Indonesia belum terintegrasi dan lemah dalam pelaksanaannya.

Arifin tersenyum ketika hal ini dilontarkan kepadanya. Ia menanggapi dengan positif. “Perlu waktu dan kearifan kolektif untuk menciptakan sebuah system nasional yang baik”, katanya, membuka diskusi. Ia berharap bahwa Indonesia kelak akan lebih baik dalam menangani bencana yang terjadi.

Menururt Arifin, kenyataan posisi geografis Indonesia yang menjadi pusat dari cincin api dunia adalah bak negeri dengan sejuta potensi bencana. Dunia mencatat ledakan Krakatau dan Tsunami yang menelan ratusan ribu jiwa dan konon letusan super volcano di Nusatenggara dan Sumatra yang getarannya dirasakan di seluruh dunia. Belum lagi bencana-bencana yang lebih kecil seperti gempa dan longsor, kebakaran, banjir atau bahkan bencana sosial seperti kerusuhan dll. Keadaan ini akan membuat Indonesia memiliki pengalaman yang kaya dengan berbagai macam bencana. Sepahit apapun, ini bisa dilihat sebagai salah satu potensi kita dalam mengembangkan sistem tanggap bencana yang baik, tentu melalui sistem dan teknologi paling mutakhir. “ Boleh jadi suatu saat dunia akan belajar menangangani bencana dan meminimalkan korban dari pengalaman kita”, sambung Arifin optimis.

Carut Marut Penanganan Bencana

Arifin menilai penanganan bencana di Indonesia saat ini memang masih diwarnai dengan ketidak jelasan struktur komando pusat dan daerah, infrastruktur lembaga penanganan bencana merupakan unit ad hoc yang miskin pengalaman, serta ketidak jelasan preferensi pengambilan keputusan suatu bencana dianggap bencana nasional atau bukan, lagi-lagi ini berimbas pada kebijakan penyediaan dana pusat. Jika dirunut ini dimulai dari ketiadaan aturan dan payung hukum yang baik. Walau demikian seharusnya ini dapat diperbaiki jika kepemimpinan di tingkat nasional maupun daerah di pegang oleh mereka di back up system informasi dan pengambilan keputusan yang kuat. Lebih jauh lagi kecarut-marutan penanganan bencana di indonesia juga adalah andil dari landasan berfikir dan paradigma yang lama dan seharusnya kita tinggalkan. Kemandegan paradigma penanganan bencana ini yang berujung pada mandulnya seluruh program kerja penanganan bencana yang ada.

Taruhlah mengenai siapa yang seharusnya mengambil peran utama dalam penanganan bencana nasional. Benarkah ia berupa sebuah badan koordinasi harus dikomandoi oleh Presiden/wakil presiden atau sebuah lembaga tetap setingkat departemen. Perdebatan ini tak harus berhenti di sini. Lebih dalam lagi benarkah sebuah komite atau badan dapat menangani sebuah bencana yang sedemikian kompleks. Masih ada banyak alternative lain misalnya berupa sistem yang mirip konsep HANKAMRATA (pertahanan keamana rakyat semesta) yang berarti system yang melibatkan public dalam kondisi penanganan darurat. Itu sebagai contoh. Belum lagi mengenai kebijakan dan penyediaan dana penanggulangan bencana, isu koordinasi dsb. “Kecarutmarutan penanganan bencana selalu saja menjadi bencana kedua menyusul bencana sebenarnya”, lanjut Arifin. Tak heran alih-alih menangani bencana, kita sering mendengar berita para pejabat malah terlibat korupsi dana bencana.

Sistem Tanggap Bencana yang Paradigmatik

“Kita memerlukan system tanggap bencana baru yang paradigmatik”, sambung Arifin, kali ini dengan raut wajah yang serius. Arifin memaksudkan gagasan ini sebagai cara pandang ketanggap-bencanaan dengan cara baru yang lebih komprehensif dan terintegrasi. Konsep ini memandang seluruh dimensi yang mungkin terkait seperti manusia, waktu, sumberdaya, budaya, ekonomi, geososial, teknologi, dsb, dalam penanganan kebencanaan.

Misalnya kita harus memandang manusia sebagai subjek dari seluruh system tanggap bencana ini. Artinya baik management, professional tanggap bencana, relawan, dan korban adalah sama-sama pemeran utama dari wacana tanggap bencana. Paradigma ini akan menghasilkan system tanggap bencana yang akan menempatkan posisi manusia pada peran semestinya. Kesadaran akan dimensi waktu akan menumbuhkan system pencegahan dan pengendalian dini bencana, tanggap darurat, dan recovery bencana.

Demikian juga kita perlu memandang dimensi lain berupa sumberdaya atau budaya, ekonomi, geososial dsb. dengan lebih komprehensif dan terinstegrasi. Umpamanya untuk pencegahan dan kesiagaan bencana: kita perlu memperkuat konsep early warning system yang modern, penguatan budaya dan cerita rakyat yang tanggap bencana, planologi dan tataruang yang mencegah korban dan pembuatan sarana darurat jika diperlukan, arsitektur bangunan yang melindungi, pranata social, konsep pendidikan bahkan konsep ekonomi social yang peduli dan tanggap bencana hingga akan akan mencegah atau mengurangi akibat bencana. “Gagasan ini bisa diuji dan didetilkan menjadi suatu system tanggap bencana alternative, memang perlu tim yang berisi beberapa teman yang ahli di bidangnya dan mau peduli”, lanjut Arifin.

Mendapat kesempatan dari Dompet Dhuafa untuk mengelola penanganan bencana alam longsor di berbagai wilayah seperti Jasinga Jawa barat, gempa di Brebes, gempa di Sukabumi, gempa 7,2 SR di Bengkulu, banjir Jakarta , Tsunami di Banggai Kepulauan Sulteng, banjir di Banjarbaru Kalsel, selama kurun 2000 sampai 2004, membuat Arifin memiliki jam terbang penanganan bencana yang lumayan. Ia kemudian selalu terlibat dalam tim pengananan bencana seperti tsunami Aceh, gempa Yogya dan gempa Sumbar awal Maret 2007 ini.


Peran Organisasi Pengelola Zakat

Menanggapi kenyataan kurang signigfikannya peran OPZ dalam penanggulangan bencana selama ini, Arifin yang menjabat sebagai General Manager Resources Mobilization Baznas Dompet Dhuafa ini menganggap hal tersebut sebagai sebuah proses. “Meskipun terkesan sporadis dan sendiri-sendiri, peran OPZ dalam penanganan bencana saat ini tidak bisa dibilang kecil”, sambungnya. Kita memang melihat kenyataan hampir di semua bencana dan tragedi kemanusiaan yang ada pada 5 tahun terakhir ini selalu saja menyedot OPZ dan lembaga yang berbasis kedermawanan Islam lain untuk turun membantu. Beberapa OPZ malahan membentuk unit khusus bencana dan rajin membuka dompet bencana dan kemanusiaan. “Sebagai sebuah potensi, OPZ memiliki kekuatan yang strategis sebagai bagian penting dalam konsep tanggap bencana”, lanjut ayah dari dua orang putri ini.

Potensi yang dimaksud Arifin adalah keberadaan infrastruktur sosial termasuk kemampuan memobilisasi masyarakat relawan yang dimiliki oleh OPZ dalam perannya sebagai lembaga ummat, ketersediaan dana public sebagai cadangan penanganan bencana, dan kesiapan OPZ dalam pendampingan masyarakat pasca bencana dalam jangka waktu yang panjang dalam perannya sebagai amil zakat. Yang terakhir ini adalah penciptaan sarana baitul maal yang menjadi lokomotif social economic security system di masyarakat, sebagai system yang menciptakan kemandirian masyarakat. Tiga potensi ini sekaligus menjadi fungsi strategis OPZ. Jadi OPZ bukan saja hanya mengalang dana dan menyerahkannya ke lokasi bencana.

Penanganan tanggap bencana dengan keterlibatan masyarakat sebagai subjek ini merupakan konsep terkini, dan mustinya OPZ termasuk lembaga yang paling siap dalam menerapkannya. Tinggal apakah nantinya dalam skala nasional OPZ-OPZ mampu mengkordinir lembaga mereka sehingga menjadi kekuatan yang lebih signifikan, “Di sini nantinya FOZ dapat berperan”, lanjut Arifin menutup pembicaraan. [p]

sumber : forumzakat.net
http://tanggapbencana.blogdetik.com/2008/10/01/sistem-tanggap-bencana-yang-paradigmatik/

DD berikan Award kepada Perusahan Tanggap Bencana


Saat ini alam sedang tidak bersahabat, berbagai tragedi dan bencana silih berganti menghampiri saudara-saudara kita di berbagai daerah. Menyusul jebolnya danau atau Situ Gintung di Tanggerang Selatan (27/3/09), saudara kita di Tasikmalaya & Padang terkena tragedi gempa bumi.

Upaya tanggap darurat dalam mengatasi krisis pasca bencana pada saat itu mengalir dari berbagai individu dan lembaga sosial. Tak ketinggalan solidaritas dari karyawan PT Truba Jaya Engineering (TJE) yang sama-sama peduli sesama dengan menyumbangkan sejumlah dana sebagai bentuk empatinya. Kemudian masalah distribusi sumbangan harus benar-benar tepat arah dan tepat sasaran. Maka dipilihlah lembaga yang punya kapasitas dan kompeten untuk bidang itu, dan lembaga itu adalah Dompet Dhuafa. Khususnya peduli Situ Gintung dan Tasikmalaya, Dompet Dhuafa-lah yang menjembatani.

Memasukia usianya yang ke -17 tahun Dompet Dhuafa mengadakan “Malam Penghargaan Dompet Dhuafa Award”, dibuat sebagai bentuk apresiasi terhadap kedermawanan dan kepedulian kepada tokoh dan Corporate yang dinilai memiliki kontribusi sosial kepada masyarakat. Acara yang diadakan pada 2 Juli 2010 lalu dihadiri oleh tokoh dan institusi yang menginspirasi. Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki pada malam itu diselimuti haru-biru tanda luapan kebahagiaan dari seluruh hadirin.

TJE sebagai institusi mendapatkan kebanggaan dengan menerima Penganugerahan Dompet Dhuafa Award 2010 untuk Kategori Tanggap Bencana dalam Program Pemberdayaan Ekonomi Pasca Bencana di Indonesia. Penghargaan ini dilatarbelakangi oleh itikad TJE dalam membantu masyarakat Situ gintung pasca bencana terutama dari sektor perekonomian. Hadir wakil dari TJE sebagai penerima penghargaan pada saat itu adalah Bapak Agung Sukmaji,Bapak Ris Nugraha, Bapak Didi Ahmadi dan Bapak Hery Budiono.

Bertanya-tanya, karena kepedulian yang mana, sehingga TJE mendapat penghargaan ini, teringat, rupanya karena bantuan pasca jebolnya tanggul Situ Gintung. Pasalnya, disana ada Pabrik tahu pak Haji. Pak Haji, begitu laki-laki ini disebut, adalah pengusaha dan pemilik pabrik tahu di sekitar Situ Gintung. Seiring dengan jebolnya situ. Usaha yang menafkahi kurang lebih 100 pegawai ini pun ikut terhenti. Melihat industri Pak Haji ini cukup berpotensi untuk berkembang dan menyerap banyak tenaga kerja, sementara tidak ada lembaga formal lain yang bersedia membantu, maka TJE melalui Dompet Dhuafa sepakat untuk membantu mendanai proses restrukturisasi pabrik tahu ini dengan memberikan permodalan untuk kembali berproduksi.

Begitulah, ternyata kalau kita ‘memberi’ dengan hati – dirasakan oleh hati pula dan bahkan jadinya berkah. Amin.

sumber : http://tje-media.com/2010/07/truba-jaya-engineering-perusahaan-tanggap-bencana/

Dompet Dhuafa Semprotkan Disinfectant di Wasior


Papua Barat, Untuk mencegah timbulnya wabah penyakit akibat korban tertimbun banjir yang membusuk, Dompet Dhuafa dibantu warga setempat melakukan penyemprotan disinfectant di lokasi penduduk di Wasior Panua Barat. Diduga korban yang saat ini masih hilang telah ikut terkubur banjir dan sampai saat ini masih belum ditemukan.


Untuk membantu bencana Wasior ini Dompet Dhuafa menurunkan Tim Rescue dan Tim Medis. Tim ini selanjutnya akan membantu pengelolaan pengungsi, pengadaan dapur umum dan bantuan kesehatan selama masa tanggap darurat. Selanjutnya Tim Recovery akan menyusul untuk memnbangun Hunian Sementara dan Program Recovery mental bagi anak pengungsi yang diberi nama Sekolah Ceria.

Foto :

Relawan Dompet Dhuafa Tiba di Gaza


4 Orang tim relawan Dompet Dhuafa (DD) tiba di Gaza, Palestina, Sabtu (10/7/2010). Tim yang membawa sejumlah bantuan kemanusiaan dari Indonesia ini, akan melakukan serangkaian kegiatan kemanusiaan di sana, termasuk membuat sumur bor untuk kebutuhan masyarakat di sana.

Direktur Program DD M Arifin Purwakananta menyatakan, berdasarkan laporan yang diterimanya, tim yang berangkat dari Rafah di wilayah perbatasan Mesir tersebut, tiba di Gaza dari sekitar pukul 15.34 waktu Mesir, atau sekitar 19.34 WIB, setelah melewati 6 pos pemeriksaan.

“Tim yang beranggotakan empat orang dan satu orang supir ini, berangkat dari Kairo, Mesir, dengan menggunakan mobil van. Setelah melewati perbatasan, mereka sempat berhenti di Al Arish, sebuah kota yang berada sekitar 30 menit dari pintu perbatasan, dan segera melanjutkan perjalanan” kata Arifin Purwakananta kepada detikcom di Medan.

Rencananya tim ini akan membangun sejumlah sumur bor untuk kepentingan penyediaan air bersih yang dapat dinikmati sekitar 2.500 keluarga penduduk Gaza. Tim tersebut, yang terdiri dari tenaga medis dan relawan yang ahli bidang manajemen penanggulangan bencana, akan berada di Gaza hingga waktu yang belum ditentukan. Bergantung pada selesainya pelaksanaan program bantuan tersebut.

“Tim yang tiba di Gaza hari ini, merupakan tim keempat yang dikirim DD ke Gaza sejak pengiriman relawan tahun 2001 dan 2009. Ketua rombongan tim DD kali ini adalah Bambang Suherman,” kata Purwakananta yang juga penanggung jawab tim dan memimpin koordinasi dari Jakarta.

Menurut Purwakananta, bantuan kemanusiaan berikut tim yang dikirim ke Gaza ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan DD untuk membantu masyarakat di Gaza yang kondisinya sangat memprihatinkan karena diblokade total oleh Israel. Pada pemberangkatan sebelumnya, tim DD berhasil menjalankan kembali sebuah pabrik roti yang lumpuh dan tidak bisa beroperasi di kawasan padat Gaza.
(rul/nwk)

sumber : http://www.detiknews.com/read/2010/07/11/002645/1396718/10/relawan-dompet-dhuafa-tiba-di-gaza

Banjir Jakarta


Jika ada waktu menikmati tulisan lama mengenai banjir di Jakarta, terlihat bahwa kita tak bosan sama bencana yang satu ini. Seperti tak ada upaya kita untuk mengatasinya. ini adalah tulisan 2 tahun lalu di media online.

Banjir Untuk Semua

JAKARTA - Sempat gagal menembus lokasi banjir akibat kemacetan, tak mematahkan semangat relawan Dompet Dhuafa Republika (DD) membantu korban banjir Jakarta, pekan lalu. Meski sejak Jumat, (1/2) para relawan sudah berbasah-basah diri, baru pada Sabtu pagi (2/2), mereka bisa menembus Semanan, Rawa Buaya, Jakarta Barat, yang ketinggian airnya mencapai dua sampai tiga meter.

Dibekali perahu karet, relawan medis, dan ambulan, tim DD memulai aksi kemanusiaan. Logistik makanan dan pakaian layak pakai, melengkapi kerja relawan yang juga turut membantu evakuasi. Dengan jaringan relawan yang terjalin baik, bantuan meluas masuk ke Bidara Cina, Cileduk Indah, Tegal Alur, Kapuk, dan Cakung Jakarta Timur.

Rumah Sahabat Anak (RSA), yang dibangun DD tak pelak menjadi tempat pengungsian bagi warga Kali Mati, Cakung. Sekaligus tempat paling aman untuk memberikan layanan medis bersama LKC. Bersama High Scope Bintaro dan Peduli Pendidikan, relawan DD membagikan buku untuk perpustakaan, buku pelajaran, dan satu televisi di SDN 05 Bidara Cina, Tanjung Lengkong.

Melihat banjir di Ibu Kota yang sulit diprediksi, Disaster Management Center (DMC) DD, sampai saat ini masih menetapkan relawan dalam kondisi siaga banjir. Karena di Jakarta, banjir untuk semua. Ayo, tetap semangat relawan!
(naryo Jumat, 08 Februari 2008)

Peta Dampak Banjir Bandang Kab. Teluk Wondama Prov. Papua Barat

Dompet Dhuafa Bantu Korban Banjir Wasior Lepaskan Trauma

Republika OnLine » Breaking News » Nusantara
Jumat, 08 Oktober 2010, 18:34 WIB


JAKARTA --- Dompet Dhuafa menyiapkan dana sebesar Rp 200 juta untuk tahapan reovery pasca banjir bandang di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat.Recovery tersebut mencakup children mental recovery dan pembangunan hunian sementara (huntara).

''Children mental recoovery ini untuk melepas trauma yang dialami anak-anak agar mereka bisa kembali siap seperti sedia kala,'' tutur Arifin Purwakananta, Direktur Program Dompet Dhuafa ketika dihubungi Republika.

Sementara pembangunan huntara, jelas Arifin adalah untuk membuat rumah sementara bagi para pengungsi.''Huntara ini untuk memindahkan mereka dari tenda yang sangat rapuh.Di samping itu mereka tidak bisa selamanya tinggal di tenda,'' tutur dia.

Untuk pembangunan huntara ini meskipun belum ditentukan lokasinya tapi merujuk pada satu komunitas. Sekitar 70-100 huntara akan didirikan tidak jauh dari lokasi bencana.''Namun jika jumlah huntara tersebut kurang kita akan kembali membangun sesuai kebutuhan,'' tutur dia.

Arifin juga mengimbau para lembaga swadaya masyarakat dan juga lembaga lainnya hendaknya tidak merusak kearifan lokal dalam menyalurkan bantuan.Ia mencontohkan saat membangun huntara hendaknya disesuaikan dengan kebiasaan masyarakat sekitar dan jangan memaksakan suatu bentuk yang biasa kita kenal.

Sementara Dompet Dhuafa terus menerima aliran bantuan dari para donatur.Dana yang terkumpul tersebut akan dimanfaatkan dalam setiap proses penanganan bencana di Wasior.Terutama dalam proses tanggap darurat seperti pembangunan dapur umum, penyediaan air minum bersih dan juga penyediaan tempat tidur bagi para korban.

Saat ini Dompet Dhuafa telah mengirim tim rescue yang terdiri atas dua tim SAR dari DD Jakarta dan lima staf lokal untuk mengevakuasi dan penanganan pengungsi. Dan juga tim medis yang terdiri atas dua dokter dari Sulawesi Selatan dan satu perawat dari Jakarta.''DD akan terus membantu korban banjir dalam masa tanggap darurat sekitar 10 hari sejak bencana,'' tutur Arifin.

Pasca recovery, DD juga akan mengirimkan tim development untuk membangun infrastruktur yang rusak seperti rumah sakit, puskesmas, rumah dan juga program ekonomi. Program ekonomi ini mencakup pendirian pasar darurat untuk kembali memulihkan para korban ke aktivitas biasa. Dengan dukungan mikrokredit agar mereka bisa mempunyai modal kembali. Seperti pedagang agar bisa kembali berdagang.

Ia juga menggaris bawahi bahwa DD tidak memilih-milih dalam menyalurkan bantuan bagi sesama yang terkena bencana.''Sudah menjadi komitmen kami untuk membantu korban bencana tanpa memandang agama,'' kata Arifin